Faidah Ilmu: “Rambu-Rambu Ruqyah”

Faidah Kajian bersama Ustadz Abul Aswad Al Bayati Hafidzahullah

Rambu-Rambu Ruqyah

Pembahasan Kitab dengan judul “60 Permasalahan di Dalam Ruqyah, ‘Ain (Pandangan Mata Jahat), Kesurupan, dan Sihir” yang ditulis oleh Syaikh Sulthon Al Umairi Hafidzahullah.

‘Ain (pandangan mata jahat) itu ada 2 :

  • pandangan mata orang yang hasad (iri)
  • dan pandangan mata orang yang takjub

Penulis Kitab “60 Permasalahan di Dalam Ruqyah, ‘Ain, Kesurupan, dan Sihir” memulai karyanya dengan menulis Bismillâhirrahmânirrahîm. Sebagaimana Nabi Sulaiman, orang yang pertama kali menulis surat dengan basmallah sebagai permulaan.
Dalam hal ini, Allah Ta’ala berfirman mengkisahkan ratu saba :

{ قَالَتۡ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلۡمَلَؤُا۟ إِنِّیۤ أُلۡقِیَ إِلَیَّ كِتَـٰبࣱ كَرِیمٌ إِنَّهُۥ مِن سُلَیۡمَـٰنَ وَإِنَّهُۥ بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِیمِ }

“Wahai rakyatku, sesungguhnya aku dikirimi surat yang mulia, surat itu berasal dari Nabi Sulaiman dan dia dimulai dengan Bismillâhirrahmânirrahîm.”

Sunnah ini kemudian diikuti oleh Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam ketika menulis untuk raja raja untuk mengajak mereka masuk islam, beliau senantiasa memulai surat ini dengan Bismillâhirrahmânirrahîm.

Kemudian, banyak yang menanyakan perihal: “Apakah whatsapp, sms, japri, inbox itu masuk kategori surat atau tidak?”

  • Sebagian berpendapat WhatsApp, sms itu surat maka selayaknya dan sunnahnya memulai dengan basmalah,
  • dan sebagian berpandangan lain yaitu WhatsApp itu bukan surat tetapi percakapan (dialog) jarak jauh lewat tulisan maka dimulai dengan salam.

Sesungguhnya orang yang mengamati kehidupan sosial, ia akan mendapati sebuah kenyataan manusia itu sering tertimpa oleh musibah dan kesedihan. Kemudian, di antara penyebab seseorang itu ditimpa musibah dan kesedihan adalah dia terkena penyakit fisik (medis), penyakit jiwa (tekanan jiwa), atau penyakit ruh. Maka sangat penting untuk mengetahui bahwa obat yang paling agung untuk menangkal seluruh penyakit tadi adalah Al Qur’an,

Sebagaimana firman Allah Ta’ala di dalam Surah Al-Fushilat ayat 44 yang berbunyi:

…….. قُلْ هُوَ لِلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا هُدًى وَّشِفَاۤءٌۗ ……

“Katakanlah (Muhammad), Al-Qur’an itu bagi orang orang beriman menjadi petunjuk dan menjadi obat.”

Diantara golongan orang yang mengacuhkan / meninggalkan Al Qur’an :

  1. Tidak mau membaca Al Qur’an
  2. Tidak mau mempelajari tafsir dan makna dari Al-Qur’an
  3. Tidak mau berobat mencari kesembuhan melalui kitab suci Al Qur’an
  4. Tidak mau mengamalkan isi & ajaran Al Qur’an

Al Qur’an merupakan obat penyakit badan, penyakit jiwa (seperti stres), dan penyakit yang menimpa ruh (seperti ain atau pandangan orang mata jahat, sihir, kesurupan). Apabila kita mengatakan alquran itu obat bagi penyakit badan dan jiwa ini maksudnya bukan berarti meninggalkan pengobatan modern (dokter). Keduanya, yaitu dokter penyakit medis dan dokter penyakit jiwa adalah dua ilmu yang sangat penting, dan selayaknya orang yang sakit kembali kepada keduanya jika memang membutuhkan.

Namun yang paling penting, kita wajib mengetahui bahwasanya Al Qur’an itu sangat membantu sekali didalam menyembuhkan penyakit-penyakit tersebut, berdasarkan keumuman ayat yang menerangkan bahwa Al Qur’an itu bisa menjadi obat, serta berdasarkan pengalaman nyata di lapangan. Kebenaran Al-Qur’an sebagai obat terus dibuktikan dengan fakta-fakta yang terjadi di lapangan sepanjang zaman.

Apa Itu Ruqyah?

Ruqyah adalah seseorang yang membaca untuk dirimnya sendiri dengan membaca ayat ayat atau hadits² yang mengandung unsur minta perlindungan kepada Allah engkau mengharap kesembuhan dari musibah yang menimpamu. Ruqyah bisa juga digunakan untuk menjaga dirim dari keburukan yang mungkin saja menimpa di masa yang akan datang. Ruqyah juga termasuk apabila seseorang memperdengarkan ayat ayat suci Al Qur’an melalui chanel² atau perangkat yang canggih (semisal hp atau mp3) atau seseorang pergi kepada orang lain yang membacakan ayat untuknya.

Ruqyah yang juga diartikan sebagai jampi-jampi adalah salah satu hal yang sudah dikenal sebelum Islam, akan tetapi ruqyah yang ada di masa sebelum Islam itu dilakukan dengan cara cara yang mengandung unsur kesyirikan. Hal ini dikuatkan dalam hadits :

“Sesungguhnya jampi jampi, jimat, tiwalah (pelet / memasang sesuatu untuk menimbulkan rasa cinta atau rasa benci) itu merupakan bentuk kesyirikan”

(HR. Ahmad dengan sanad yang shahih)

✏ Yg dimaksud ruqyah (jampi-jampi) syirik disini adalah praktek² ruqyah di masa jahiliyah, dan hadits di atas tidak bermaksud mentahdzir dari praktek ruqyah, karena ada hadits lain justru memotivasi ruqyah, sebagaimana hadits yang lain,

“Paparkan kepadaku ruqyah² kalian, tidak mengapa kalian melakukan praktik ruqyah selama tidak mengandung unsur kesyirikan.”

(HR. Muslim)

Ada 3 Jenis Ruqyah

  1. Ruqyah yang mengandung unsur kesyirikan, maka ini tidak boleh dipraktekkan
  2. Ruqyah yang tidak mengandung kesyirikan tapi mengandung unsur yang tidak baik, dan maknanya tidak baik (buruk) maka tidak boleh dipraktekkan
  3. Ruqyah yang mengandung unsur permintaan tolong dan perlindungan kepada Allah maka ini diperbolehkan.

Dalam praktik ruqyah, terdapat berbagai macam reaksi, salah satunya dengan tangisan atau teriakan. Tangisan atau teriakan yang semakin keras berbanding lurus dengan rasa sakit yang diterima oleh syaithan yang merasuki tubuh manusia.

Ada banyak kasus pasien ruqyah yang susah disembuhkan, salah satunya karena syaithan tidak mau keluar atau susah keluar. Lalu, mengapa seseorang ketika diruqyah jinnya selalu datang lagi?

Jawaban:
Karena banyak pasien ingin sembuh secara lisan, akan tetapi kondisinya tidak menunjukkan bahwa ia ingin benar-benar sembuh. Sebaliknya, orang yang benar-benar ingin sembuh haruslah disiplin dalam melaksanakan ketaatan, yaitu pada ibadahnya, seperti shalat, dzikir, membaca Al-Qur’an, dan berdoa kepada Allah sepanjang waktu, meminta perlindungan dan kesembuhan.

Perkuat Aqidah Tauhid

Pada sebagian kasus, orang yang tidak kunjung sembuh dalam melakukan pengobatan Ruqyah, bukan karena syaithan yang ada di dalam tubuhnya tidak mau keluar dari tubuhnya. Akan tetapi syaithan tersebut telah diikat oleh dukun ke dalam tubuh pasien. Hendaknya peruqyah membacakan ayat-ayat Al-Qur’an yang isinya membuka ikatan tersebut, dan berdoa kepada Allah agar melepas ikatan jin ini diputus oleh Allah. Misalnya dengan membacakan ayat:

{ أَوَلَمۡ يَرَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَنَّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ كَانَتَا رَتۡقٗا فَفَتَقۡنَٰهُمَاۖ وَجَعَلۡنَا مِنَ ٱلۡمَآءِ كُلَّ شَيۡءٍ حَيٍّۚ أَفَلَا يُؤۡمِنُونَ }

“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?”

[Surat Al-Anbiya’: 30]

Atau, terkadang jin tidak mau keluar karena konsekuensi jin ini akan dibunuh ketika keluar dari orang yang diruqyah.

Kesimpulan :

  1. Penanaman Tauhid
  2. Tidak ada keinginan untuk sembuh karena perilaku ibadahnya tidak baik
  3. Menyimpan benda benda yang dilarang
  4. Kadang jin itu terikat
  5. Jin tidak terikat, tetapi diancam dibunuh oleh jin yang lain (yg lebih besar)

???? Sabtu Malam, 28 September 2024

✍ Nailul Authar
???? Masjid Abdurrahman bin Auf

Artikel Serupa