Kajian Ahad Malam | 23 November 2025 | bersama Ustadz Zaid Susanto Hafidzahullãhu Ta’ala
Dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu ia berkata,
“Sungguh Aku pernah melihat 70 orang dari ahlussuffah, tidak ada satupun dari mereka yang pakaian kain selendang, mereka kadang hanya pake sarung atau mereka memiliki sebuah kain, kain itu diikatkan di tengkuk-tengkuk mereka, diantara kain tersebut ada yang panjangnya sampai setengah betis, ada yang kainnya menjulur sampai sampai mendekati mata kaki, belahan kain yang ada itu dipegang, karena mereka tidak suka jika terlihat auratnya.”
(HR. Bukhari no. 488 dan Ahmad no. 10738)
Ahlu Suffah: Kediaman para Sahabat yang Zuhud
Adalah sebuah tempat yang dulu disediakan oleh Rasulullah didekat masjid lalu diberi naungan (atap), ahlussuffah ialah para sahabat yang zuhud mereka sangat sederhana, mereka kaum faqir & ghuroba (orang asing / pendatang) mereka bernaung disalah satu naungan di bagian belakang masjid Nabawi (tempat yang ada naungannya) yang biasa digunakan untuk bernaung untuk orang² miskin.
Mereka yang disebut Ahlu Suffah, yakni orang-orang yang tinggal di sana, disiplin beragama dalam kondisi seadanya, berebda dengan apa yang ada di zaman kita sekarang. Banyak di antara kaum muslimin di antara kita yang hidupnya serba ada namun dalam berpakaian kurang mencermikan akhlak kaum muslimin, bahkan tak sedikit dari mereka yang menyingkap auratnya.
Zuhud di Kehidupan Dunia
Zuhud termasuk dalam amalan-amalan hati, di antara definisi zuhud adalah ketika barang anda hilang atau ketemu itu sama saja, karena ketika kehilangan barang ia mengharapkan ridha dari Allah yang jauh lebih besar.
Faedah Hadits
- Hadits ini menunjukkan bolehnya memakai baju satu saja. Namun disana terdapat muru’ah dan melihat adab, dan tetap berusaha untuk menjaga adab dalam berpakaian
- Semangat nya kaum mukminin para sahabat kala itu untuk menutup aurat
- Bolehnya seorang pria bermalam di masjid
- Kezuhudan para penghuni suffah dan konsentrasi mereka datang mencari ilmu dan upaya mereka untuk mengikuti jihad fi sabilillah
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu ia berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
“Dunia itu adalah penjaranya orang-orang yang beriman dan surganya orang-orang kafir”
HR. Muslim
Kehidupan orang yang beriman sekarang ini di dunia dibandingkan kenikmatan yang Allah sediakan kelak di surga itu tidak ada apa-apanys (fasilitasnya terbatas, kebebasannya pun terbatas). Apapun untuk orang-orang kuffar kesenangan kenikmatan di dunia mereka jauh lebih besar dibandingkan neraka yang akan mereka dapatkan. Allah berfirman dalam surat Muhammad ayat 12 :
{ إِنَّ ٱللَّهَ يُدۡخِلُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ يَتَمَتَّعُونَ وَيَأۡكُلُونَ كَمَا تَأۡكُلُ ٱلۡأَنۡعَٰمُ وَٱلنَّارُ مَثۡوٗى لَّهُمۡ }
“Sungguh, Allah akan memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Dan orang-orang yang kafir menikmati kesenangan (dunia), dan mereka makan seperti hewan makan; dan (kelak) nerakalah tempat tinggal bagi mereka.”
Dunia itu penjara karena segala sesuatu dibatasi, seorang mukmin tidak bebas dalam hidup di dunia, sementara orang-orang kafir bebas sebebasnya didunia. Dikatakan oleh imam Ibnul Qayyim Rahimahullah,
“Orang yang berusaha mencari keridhaan Allah dan mencari kehidupan akhirat, perjalanannya tidak bisa lurus, tidak akan bisa istiqomah dan usaha pencarian dia terhadap ridha Allah tidak akan bisa lurus kecuali dengan 2 penjara ; memenjarakan hatinya (fokus hanya kepada Allah) & hati itu ditahan jangan sampai nengok ke selain Allah.
Setiap orang yang keluar dari kehidupan dunia ada 2 kemungkinan ; orang itu akan bebas sebebasnya dari penjara dunia (masuk surga) & orang itu bakal masuk penjara (masuk neraka). Orang yang mencari ridha Allah dan kehidupan akhirat, usaha dia tidak akan bisa berhasil kecuali dengan 2 jenis penjara ; mengunci dan memenjara hatinya sehingga fokus hanya kepada Allah saja.
Hati itu harus ada 2 penjara:
- Hati itu dipenjara untuk fokus kepada Allah
- Hati itu dipenjara agar tidak melihat kepada selain Allah
Lisan itu harus ada 2 penjara:
- Memenjarakan lisan agar fokus dzikir kepada Allah dan segara perkara yang bisa menambah keimanannya dan menambah kenalnya dia dengan Allah
- Memenjarakan lisan agar tidak berbicara yang tidak bermanfaat
Anggota badan itu harus ada 2 penjara:
- Mengunci dan memenjara anggota badan untuk fokus mengerjakan kewajiban-kewajiban (ketaatan kepada Allah Ta’ala)
- Menahan segala anggota badan untuk tidak melakukan kemaksiatan dan mengikuti nafsu.”
✍️ Nailul Authar
